Kursor

Valentine's Day Pumping Heart

Monday, January 13, 2014

Tafsir Al-Baqarah Ayat 129 dan 251

A. Al-Baqarah ayat 129
$uZ­/u ô]yèö/$#ur öNÎgÏù Zwqßu öNåk÷]ÏiB (#qè=÷Gtƒ öNÍköŽn=tæ y7ÏG»tƒ#uä ÞOßgßJÏk=yèãƒur |=»tGÅ3ø9$# spyJõ3Ïtø:$#ur öNÍkŽÏj.tãƒur 4 y7¨RÎ) |MRr& âƒÍyèø9$# ÞOŠÅ3ysø9$# ÇÊËÒÈ  
Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Baqarah: 129)

Keterangan Ayat:
Ini adalah doa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang ketiga dan yang terakhir di sela-sela kesibukannya menyelesaikan renovasi dan pemugaran Ka’bah. Kandungan doa ini hanya satu macam, tapi agaknya ke sinilah semua doa sebelumnya bermuara. Yaitu, kedua nabi besar ini meminta agar di tengah-tengah masyarakat baru yang dibentuknya suatu saat di-bi’tsa(dibangkitkan) seorang rasul dari kalangan mereka sendiri; maksudnya, dari kalangan ذُرِّيّة (dzurriyah, keturunan)-nya yang bermukim di tempat itu. Doa ini mengisyaratkan bahwa dari rumpun ذُرِّيّة (dzurriyah, keturunan)-nya akan ada satu garis yang terjaga kesuciannya, yang tidak melakukan kezaliman, yang kelak akan melahirkan buah kerasulan, yang akan menghidupkan kembali مِّلَّة (millah) Ibrahim, memurnikan manasik-nya, dan mengimami أُمَّةً مُّسْلِمَةً (ummatan muslimatan, Umat Muslim). Di sinilah kita bisa dengan mudah memahami kenapa ada doa pertobatan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail di ujung doanya di ayat sebelumnya (128). Rupanya, doa itu adalah pagar terhadap generasi demi generasi agar garis tersebut benar-benar terjaga. Metoda penjagaan dan keterjagaan inilah yang Allah hendak sampaikan saat menceritakan prosesi kelahiran Nabi Isa dari seorang wanita suci bernama Maryam yang juga merupakan ‘hasil’ penjagaan dari generasi sebelumnya, yakni Keluarga Imran. “(Ingatlah), ketika isteri Imran berkata: ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku (ini) menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Maka terimalah (nazar) itu dariku. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Maha Mengetahui’. Maka tatkala isteri Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah melahirkan seorang anak perempuan’; dan Allah lebih mengetahui yang dilahirkannya itu, dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. ‘Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta ذُرِّيّة (dzurriyah, keturunan)-nya kepada (pemeliharaan)-Mu dari (gangguan) syaitan yang terkutuk.’ Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya. Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria berkata: ‘Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?’ Maryam menjawab: ‘Makanan itu dari sisi Allah’. Sesungguhnya Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab....(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: ‘Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakanmu dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya (kalimat itu) al-Masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).” (3:35-37 dan 45)
Dalam ayat tersebut, yang berperan sebagai pendidik adalah Rasul. Di sini Allah menggunakan kata يُعَلِّمُهُم (yu’allimuɦum), yang artinya “mengajarkan kepada mereka”. Yang perlu kita garisbawahi di sini ialah kata يُعَلِّم (yu’allimu)-nya. Karena ini menunjukkan bahwa, dalam kaitannya dengan Kitab Suci, ‘profesi’ rasul ialah sebagai guru dalam seluruh pengertiannya (mengajarkan, mencontohkan, menuntunkan cara penerapannya), persis ‘profesi’.[1]
Peserta didik yang ada dalam ayat tersebut adalah umat nabi Muhammad SAW. Dimana Rasul akan mengajarkan orang-orang yang ummi (yang tidak mengerti baca tulis), menuntun orang-orang yang sesat kejalan kebaikan, dan menegakkan kebenaran di seluruh alam semesta.
Metode pendidikan terdapat pada, يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ  (yatluw ‘alayɦim ayatika, menelaahkan kepada mereka ayat-ayat-Mu). Kata يَتْلُو  (yatlu, menelaahkan) bermakna menguraikan sedemikian rupa sehingga penerima bisa memahaminya dengan benar, jadi bukan sekedar membacakan atau menyampaikan. Di Surat Yusuf ayat 108 dikatakan عَلَى بَصِيرَةٍ (‘ala bashiyratin), dengan argumen yang bisa diterima oleh bashirah, oleh cernaan nalar insani atau akal budi (baik melalui telaah intelektual ataupun melalui serapan spiritual), sehingga penerima tidak punya celah untuk ‘lari’. Sehingga yang menolak, benar-benar hanyalah mereka yang tertutup pintu hati dan pikirannya; dan karenanya pantas disebut “kafir” (sengaja ingkar).
Jadi, pada ayat tersebut, metode pendidikan yang digunakan adalah dengan membacakan, mengajarkan, dan menyucikan (melarang mereka dari perbuatan dosa dan kejahatan).
Dalam ayat tersebut apa yang ditelaahkan atau yang diajarkan? Jawabannya: آيَاتِكَ (ayatika), ayat-ayat, tanda-tanda, petunjuk-petunjuk, atau alamat-alamat yang mengantarkan penerima mengenal dan memahami hakikat “ayat” tersebut dan hubungan singkronitasnya dengan Pemilik “ayat” alias Penciptanya. Dari sini diharapkan muncul kesadaran bertingkat, sesuai dengan kadar mujahadah dan martabat ruhani yang telah dicapainya. Untuk kalangan pemula (al-mubtadi), timbul pemahaman bahwa betul-betul لامعبودالاالله (la ma’buwda illallaɦ, tidak ada yang pantas diibadahi selain Allah). Sementara untuk kalangan menengah (al-mutawassith), mereka sudah sampai pada faham bahwa bukan saja tidak ada yang pantas diibadahi selain Allah, tapi juga لامقصودالاالله (la maqshuwda illallaɦ, tidak ada yang pantas dituju selain Allah). Dan kalangan pemilik martabat paling tinggi (al-muntaɦa) sudah meyakini bahwa الاالله لامحبوب (la mahbuwba illallaɦ, tidak ada yang pantas dicintai selain Allah).

B. Al-Baqarah ayat 251
NèdqãBtygsù ÂcøŒÎ*Î/ «!$# Ÿ@tFs%ur ߊ¼ãr#yŠ šVqä9%y` çm9s?#uäur ª!$# šù=ßJø9$# spyJò6Ïtø:$#ur ¼çmyJ¯=tãur $£JÏB âä!$t±o 3 Ÿwöqs9ur ßìøùyŠ «!$# }¨$¨Y9$# OßgŸÒ÷èt/ <Ù÷èt7Î/ ÏNy|¡xÿ©9 ÙßöF{$# £`Å6»s9ur ©!$# rèŒ @@ôÒsù n?tã šúüÏJn=»yèø9$# ÇËÎÊÈ  
Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah[157] (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.[2] (QS. Al-Baqarah: 251)

Keteangan Ayat:
Allah mengabulkan doa mereka, maka mereka, yakni tentara Thalut mengalahkan mereka yakni tentara Jalut dengan izin Allah, bukan karena kekuatan Thalut. Bahkan dalam perang itu, Daud yang merupakan salah seorang tentara Thalut, berhasil membunuh Jalut, dan setelah keberhasilannya itu, Allah memberikan kepadanya kekuasaan/kerajaan dan hikmah, sesudah sesudah meninggalnya Thalut, dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Yakni Allah mengajarkan kepada Daud apa yang dikehendaki Allah untuknya, Seperti membuat baju besi (QS. Al-Anbiyaa’: 80), mengajakan kepadanya bahasa burung, dan lain-lain (QS. Saba’: 10).
Akhirnya, ayat ini ditutup dengan satu kaidah yang berlaku umum, yaitu: seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebahagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Jika demikian, orang-orang yang beriman harus selalu tampil menghadapi para perusak. Hidup adalah pertarungan antara kebenaran dan kebatilan, dan bila tidak ada yang tampil menghadapi kebatilan dan menghentikan kezhaliman, maka bumi tempat tinggal manusia akan diliputi oleh kekejaman dan penganiayaan. Ini bila kezhaliman tidak dihadapi, maka ia akan meningkat dan meningkat sehingga pada akhirnya dunia ini binasa. Menghadapi mereka tidak harus dengan senjata, tapi juga dengan lidah melalui amar ma’ruf dan nahi munkar, bahkan dengan hati. Walaupun yang terakhir ini adalah manifestasi dari kelemahan iman.
Syukurlah, karena Allah mempunyai anugerah yang dicurahkan atas semesta alam, selalu ada yang tampil sebagai pembela kebenaran, walaupun sedikit. Pada waktunya, Allah akan memenangkan yang sedikit itu agar kebinasaan tidak menimpa bumi, kecuali jika Allah menghendaki.
Allah menciptakan alam raya ini dengan hak, bukan untuk bermain-main, kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kemi tidak menciptakan keduanya, melainkan dengan hak, tapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS. Ad-Dukhan: 38-39). Allah memberi kebebasan melakukan apa saja kepada manusia, tetapi jika ulah mereka telah sampai pada batas yang berakibat kepada menyimpangnyaalam raya dari hak yang dikehendaki Allah, maka ketika itu Allah akan turun tangan mencegah mereka, antara lain dengan memenangkan kelompok kecil, walaupun lawan yang dihadapinya besar dan kuat menurut perhitungan akal manusia. Lihatlah kekuasaan dan pengaturan Allah. Seorang pemuda, yaitu Daud as., berhasil membunuh Jalut sang Raja perkasa. Ini adalah ayat yakni tanda dan bukti, bahwa tidak semua persoalan berjalan sesuai dengan nalar atau fenomena yang dilihat mata, tetapi ada pengaturan Allah swt; ada kebijaksanaan-Nya yang berlaku di alam raya ini. Ada yang rasional dan ada yang supra rasional.



[1] Aidh al-Qarni, Tafsir Muyassar (Jakarta: Qisthi Press, 2007) hlm. 97.
[2] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Ciputat: Lentera Hati, 2000), hlm. 501.

1 comment:

  1. Learn the Best Online Baccarat for Beginners
    Baccarat has been around 바카라 사이트 for some time now, but in 바카라 its past few years, there have been 1xbet several successful variations of betting. This is the one

    ReplyDelete